Senin, 22 September 2008

Nak, pokoknya kamu harus sekolah

Keadilan kerapkali datang terlambat
Tapi bertahanlah nak,
Sebab sekolah akan mengenalmu
Pada keadilan di atas kertas
dan ketidak-adilan yang sebenarnya


IBUMU sama halnya dengan ibu-ibu yang lain. Ingin anaknya bersekolah tinggi hingga menjadi pintar.
Kalau perlu apa saja ibu akan korbankan demi sekolahmu, nak. Sewaktu masih seusia kalian kakekmu selalu bilang kalau pengetahuan itu penting. Makanya ibumu disekolakan hingga tingkat lanjutan. Kakek dan nenekmu yang memberikan ibu keyakinan kalau sekolah itu salah satu jalan untuk merubah nasib. Tapi kemudian ibu menikah dengan ayahmu dan kembali tersadar kalau nasib tidak bisa dirubah dengan pendidikan semata. Kalian tahu kita semua tinggal di pojok rumah yang kumuh dan tidak terawat. Rumah kumuh inilah harta kekayaan kita satu-satunya.
Semua harta ibu sudah habis untuk biaya sekolah kalian. Kakakmu ang paling besar hanya mampu ibu sekolahkan sampai SMU. Kemudian kini adikmu juga mau mendaftar masuk SMP yang ongkosnya mengharuskan ibu untuk menjual mesin jahit yang kita punya. Lalu kamu yang yang katanya diminta bayaran untuk tambahan pelajaran bahasa dan komputer. Ibu dan ayahmu kemudian menjual sepeda satu-satunya yang biasa dipakai ayahmu untuk berangkat kerja. Biarlah kami harus memeras keringat karena kami ingin kalian tumbuh mejadi anak yang berakal budi. Latihan untuk itu hanya didapatkan di sekolah. Kepandaian seperti itu hanya bisa diberikan oleh sekolah. Anakku karena itu kalian harus tetap bersekolah!
Biarpun sekolah kini bayarannya mahal. Ayah dan ibumu akan berusaha sebisa mungkinuntuk membiayai kalian. Ayah maupun ibu percaya tak ada yang lebih berharga di dunia ini kecuali pendidikan. Walau untuk itu kami berdua harus menebus dengan nyawa sekalipun. Kemaren ibu temui kepala sekolah kakakmu yang masih memintai sumbangan untuk kakakmu. Katanya sumbangan itu untuk perlengkapan gedung dan ia hanya mematuhi peraturan. Katanya,”saya itu sama seperti ibu. Dalam hai kecil saya, sebenarnya saya tak tega untuk menarik iuran. Tapi bagaimana ya bu, saya hanya menjalankan tugas. Saya berharap ibu tidak saya repotkan dengan permintaan ini. Dan maaf ya bu, uangnya kalau bisa secepatnya” ibumu percaya saja dengan kepala sekolahmu yang kalau bicara sepertinya menyakinkan.
Kepala sekolahmu pastilah orang yang sibuk mengurusi uang. Tiap kali ada pertemuan selalu saja ia mengeluh kurangnya biaya. Ada gedung yang perlu direhab. Suatu hari dibilang betapa sedikitya buku perpustakaan. Kemudian ia pernah mengatakan kalau sekolah butuh pelajaran tambahan. Peserta didik perlu diajari komputer, musik, mendaki gunung dan lain-lain.ringkasnya pendidikan yang kamu tempuh harus mengeluarkan biaya untuk melakukan apa saja. Aku kadang kuatir jangan-jangan sekolahmu itu berpikir kalau kami orang tua murid ini punya mesin cetak uang. Sebuah mesin yang mencetak uang dengan cepat dan ampu mengeluarkan hasil yang besar. Tapi sudahlah nak, kami percaya dengan apa yang dibilang oleh kepala sekolahmu: untuk pintar harus keluar ongkos.
Karena itulah nak, sekolah-lah yang rajin. Rajin itu tercermin dari bagusnya nilai. Rajin itu tampak dari bagaimana kamu menikmati pelajaran. Walaupun sekolah itu kadang membuatmu bosan, tapi bertahanlah nak. Meski ada gurumu yang rajin dalam menghukum tapi bersabarlah. Kata kakekmu meraih ilmu itu harus ditebus dengan kerja keras dan tahan menderita. Ajaran itu benar nak. Makanya aku tidak pernah membelamu jika gurumu menghukummu. Guru itu sumber ilmu. Jika ia sampai memberimu hukuman itu bagian dari pemberian pelajaran. Pelajaran itu seperti makanan, ada yang enak dikunyak tapi juga ada yang pahit ketika ditelan. Berulang-ulang kali aku sampaikan kalau dalam neraih ilmu kamu harus ikhlas dan bersabar.
Ikhlas untuk dihukum oleh guru. Gurumu itu orang yang mulia nak. Semua orang bisa jadi seperti sekarang karena peranan guru. Jika ada gurumu yang berjualan buku di kelas dan dimintanya kalian uang, janganlah protes. Tak baik memprotes guru karena nanti kamu celaka. Bisa-bisa nilaimu buruk. Makanya pujilah gurumu dan bersikaplah sopan kepadanya. Ingat puteraku, kebaikan pendidikan terletak pada ketabahan dan kelapangan dada sang guru. Proesi guru yang terhormat ini tidak bisa dinodai dengan cemooh dan kritik. Memuliakan guru bisa dilakukan dengan menyanjung serta mwnaati semua yang diperintahkan. Tapi puteraku jangan pernah punya keinginan jadi guru. Soalnya sederhana, guru itu pekerjaan yang gajinya sangat rendah. Jadilah guru jika pekerjaan apapun sulit untuk kamu peroleh. Andai ada guru yang pernah dihukum oleh polisi pastilah mereka itusedang dalam keadaan khilaf.

Cobalah jadi orang miskin
Untuk satu atau dua hari
Dan dalam kemiskinan
Akan ditemukan kekayaan berganda
( Rumi )


Aku suka sekali dengan bait ini. Dalam kemiskinan kita menemui kekayaan. Sungguh kehidupan miskin itu memberi ibumu anugrah ganda. Yang pertama ibumu jadi memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Walau sekolah menarik ongkos yang besar tapi ibumu selalu tertolong. Oleh apa? Kantor pegedaian membuka pintu untuk semua barang yang digadaikan. Tetanggamu mak pelit siap memberi pinjaman walau dengan uang yang bunganya mencekik. Singkatnya ada banyak orang yang bersedia memberi pertolongan. Yang kedua dalam kemiskinan ibumu belajar untuk idak mudah percaya pada janji. Janji berantas kemiskinan selalu terbentur oleh kepentingan mendesak yang lain.
Memang tidak mudah untuk membasmi kemiskinan. Ibumu kerap curiga, sekolah memberi sumbangan bagi meningkatnya angka kemiskinan. Tapi apa gunanya curiga jika memang kita tidak bisa merubah banyak. Ibumu tahu betapa susahnya pendidikan yang bersandar sekedar pada biaya orang tua, pemerintah, kata banyak orang sudah tidak punya duit. Tapi sejak kapan kita percaya pada pemerintah nak? Bagaimana ibumu percaya kalau pemerintah nyatanya korupsi dan pejabatnya berlimpah fasilitas. Tapi kata ustadz kita tidak boleh curiga. Kata guru ngaji kita dilarang untuk berburuk sangka. Itu ibumu percaya. Dan sekolah melatih kita untuk percaya kalau apa yang kita lakukan demi kebaikan bersama. Akh puteraku, aku yakin sekolahmu-pun demikian.kita memang harus terbiasa untuk percaya akan alibi alasan dan ceramah yang diberikan.
Orang kecil seperti kita memang harus bersedia untuk mendengar. Sedikit protes nanti kita dianggap anarkis. Orang kecil harus sabar. Kita pasti kebagian rezeki hanya saja kadang terlambat atau harus rela utuk sabar. Orang kecil harus tahu diri dimana ia menempatkan. Kalau ibumu rapat sekolah, ibumu diam bukan karena takut, tapi karena ibumu percaya pada semua yang dibilang kepala sekolah. Ibumu senang kamu ini untukmu, untuk saudara kita, untuk nenek dan kakekmu yang telah tiada. Hapalkan doa ini nak, sebab berbekal doa inilah kamu harus menjalani kehidupan sekolah.

Ya allah Ya Tuhan Kami
Engkau Yang Maha Pengasih lagi Penyayang
Berikan kami kesabaran, ketabahan dan keikhlasan
Untuk bersabar, lapang dada dan percaya

Pada apa yang dikatakan oleh semua orang
Kalau untuk sekolah harus keluarkan banyak biaya
Kalau untuk belajar kita harus rela mendapat hukuman
Kalau untuk pintar harus bersedia disiksa

Ya Allah
Memang hidup harus disangga dengan harapan
Tapi mampukah kami untuk tidak berputus asa
Jika sekolah hanya melahirkan perbudakan

Ya Allah
Ajarilah kami untuk selalu percaya dengan ucapan alim ulama
Yang selalu memberi janji kalau orang miskin bukan disini kemenangannya

Berikan kami kesabaran pada janji-janji penguasa
Yang sering mengatakan kalau pendidikan akan menjadi prioritas kebijakannya

Anugerahilah kami ketabahan untuk tidak melakukan pemberontakan
Pada mereka yang kejam dan sewenag-wenang

Ya Allah
Teguhkan hati kami untuk tidak mudah berhamba pada kekayaan dan ketenaran

Amien



( Eko Prasetyo & Terra Bajraghosa)